Rabu, 16 April 2014

Secangkir hati yang kosong...


Bening matamu masih tertinggal di sudut ruangan itu. Tempat favorit kita menghabiskan senja. Sebuah sudut di ruang keluarga. Saat kau duduk di kursi kayu, menghirup uap yang terkepul dari teh hangat melati kesukaanmu. Kita duduk bersebrangan. Aku lebih banyak tertunduk. Dan kau, seperti biasa. Bening matamu selalu tajam menusuk.

Aku mengaku. Ya, aku mengaku telah berbuat curang di belakangmu.
"Aku tahu" katamu. Dan aku semakin tertunduk lesu. Terbebani sesal, dan malu.
"Aku cemburu" kataku "Begitu banyak pria di sekelilingmu" Usaha pembelaan diri yang tak perlu. Apapun alasannya, aku tetap bersalah.
Aku mendengar tarikan nafasmu sesekali. Berat dan dalam. Sesalkah kamu? Atau, itu amarah yang tertahan?
"You're still the one" Bisikmu sambil menyeruput teh yang semakin dingin. Sedingin hubungan kita. Mungkin aku yang menjadi sebabnya. Di usia pernikahan kita yang hampir mencapai angka lima, aku membuat perkara.
"Aku belum berhenti mencintaimu" Katamu sambil bangkit dari kursimu.
"Tapi aku akan belajar untuk itu" Dan kau sempurna berlalu. Meninggalkan cangkir kosong. Dan hatiku yang tiba-tiba melompong. Kehilanganmu.

: Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar