Di
Persimpangan
Oleh
: Nuri Feriska
Nayla sibuk
menghalau laju kendaraan dengan lambaian tangannya. Dengan langkah perlahan,
dia membelah jalanan padat di persimpangan. Sebuah perpustakaan berdiri sunyi
di sebelah barat, bersebrangan dengan museum yang tak kalah sepinya. Senja
bergelayut, langit biru memudar.
Persimpangan
inikah? Nayla tiba-tiba tertegun saat tiba di sisi jalan yang lain. Namun hanya
sepintas lalu. Dia menaiki salah satu becak yang berderet, dan menyebutkan
sebuah alamat.
Lupa
sudah Dia pada percakapan singkat di jam istirahat kantor. Saat seorang pria
yang baru dilihatnya menyapa di depan lift kantor.
"Aku
sering melihatmu di persimpangan" Katanya dengan senyum terkulum rapi di
kedua sudut bibirnya. Nayla hanya ber ooh bulat dan mengangguk sopan.
Persimpangan mana? Dia tak yakin .
***
Senja
ini jalanan lebih ramai dari biasanya. Para pengendara tidak mengacuhkan
lambaian tangan Nayla. Dia berjalan tersendat. Takut ada kendaraan yang
menyerempet tubuhnya. Semua sepertinya sedang terburu-buru. Tak ada yang mau
mengalah.
Persimpangan
ini. Batinnya. Istirahat tadi, dia kembali bertemu pria yang menyapanya
beberapa hari lalu. Ia memperkenalkan diri sebagai Rey, pegawai baru.
"Aku
kemarin melihatmu lagi di persimpangan" Katanya lagi saat mereka berdua
menunggu lift.
"Persimpangan
mana?" Akhirnya Nayla menanyakan kebingungannya. Keduanya memasuki lift
yang terbuka. Berdua.
"Antara
museum dan perpustakaan kota" Jawab Rey. Nayla kembali ber oo bulat dan
mengangguk sopan. Denting lift terdengar sebelum pintu terbuka. Lalu keduanya
berjalan ke arah yang berlawanan.
***
Setelah
turun dari bisnya, Nayla berhenti sejenak, tidak terburu-buru untuk menyebrang.
Perpustakaan kota masih sesunyi kemarin-kemarin, begitu pula museum di
sebrangnya. Tak kalah sepi.
Agak
aneh tingkah dia sore ini, memperhatikan kendaraan yang lalu lalang di
depannya. Mencari-cari. Adakah Rey di antara ratusan kendaraan itu? Apakah Rey
hari ini melihatku? Batinnya.
Empat
purnama berlalu sejak pertemuan mereka. Hampir setiap hari Rey menyapa Nayla di
depan lift, saat jam istirahat. Saling bertukar senyum, lalu cerita. Tak jarang
keduanya makan siang bersama di kantin. Atau sekedar minum kopi di kafetaria.
Nayla
merasakan gelenyar aneh di perutnya setiap kali pintu lift tertutup, yang seringkali
menyekap mereka hanya berdua. Jantungnya seperti mau melompat dari rongganya,
berdegup kian kencang. Nayla mulai cemas. Tapi sekaligus menikmati. Terlebih
setiap kali Rey menatapnya lamat-lamat.
Lima
menit sepertinya cukup untuknya mencari-cari tanpa hasil. Tak ditemukannya
wajah Rey. Kemudian dia melambaikan tangan, membelah jalanan. Senja sudah
sempurna turun, jingga di angkasa. Tapi hati Nayla, masih sebiru langit pagi.
***
Sore
ini, Nayla absen menumpang bis. Rey menawarkan mengantar Nayla pulang, rumah
mereka searah. Di atas dua roda, Rey dan Nayla sibuk menenangkan hati
masing-masing. Sepanjang perjalanan, mereka berdua lewati dalam diam. Tapi
amat berisik di dada dan fikiran masing-masing. Bertanya-tanya tentang baik
buruknya apa yang terjadi di antara mereka. Sampai hari ini, Nayla masih belum sepenuhnya
meyakini apa yang dia dengar seminggu yang lalu.
"Aku mencintaimu" ungkap Rey tanpa
ragu. Walau ia ucap cukup pelan, hanya sampai ke telinga Nayla. Memang padanya
ungkapan itu ditujukan.
Nayla merasa tak perlu menjawab. Senyumnya
sudah menjadi pertanda rasa yang sama. Rey kembali menatapnya lamat. Dan baru
kali ini Nayla berani membalas tatapannya.
"Mata kamu coklat" Nayla bersemu
merah saat menyadari spontanitasnya. Rey kembali memamerkan senyuman mautnya.
Sesampainya
di persimpangan, dia cepat-cepat bersiap untuk menyebrang. Mengingat istri Rey yang
sedang sakit, dia merasa sedikit bersalah.
Nayla sudah mengambil tempat duduk di belakang Rey sore ini. Juga mencuri
sedikit ruang di hatinya.
Nayla
mulai menjauh dari persimpangan, menaiki
sebuah becak setelah menyebutkan sebuah alamat. Sementara hatinya, tersesat di
persimpangan. Beberapa kali diliriknya jam tangan di lengan kanannya. Semoga
tidak terlambat. Dia ada janji, mengantarkan putrinya ke pesta ulang tahun
teman sekolahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar