Rabu, 21 Oktober 2020

Firasat

 Lasmi mematung di ambang pintu. Perasaan gundahnya makin menjadi. Semilir angin subuh menggigit tulang. Namun bukan itu yang membuatnya gigil. Entah apa yang mengganggu fikirannya. Tiba-tiba saja muncul semenjak ia terjaga. Sementara Pak Darto, suaminya, hanya menanggapi dengan biasa saja kecamuk yang menyesak di dadanya.

Sepeda tua yang sarat dengan sayur mayur menghilang dari pandangannya. Lasmi menutup daun pintu yang sudah lapuk dengan sedikit enggan. Separuh hatinya ingin berlari mengejar suaminya. Mendekapnya untuk menahan langkah lelaki tua itu supaya tidak menjauh darinya. 

Firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk mungkin terjadi. Bisa pada dirinya, anak-anaknya, atau mungkin suaminya.

Sudah berbulan-bulan, anak semata wayangnya belum memberi kabar. Untuk pulang, mungkin belum punya bekal. Keadaan ekonomi anaknya tidak lebih baik darinya. Ia paham betul jika sampai anaknya itu belum bisa pulang untuk sekedar melepas rindu.

Sedangkan suaminya, tidak mau ambil pusing dengan firasat yang dia rasa. Dia bilang, semua itu hanya ada dalam fikiran Lasmi saja. Yang nyata adalah rasa lapar yang harus dituntaskan. Dan segala kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi.

Yang ia bisa lakukan sekarang hanya mencoba mengusir prasangka dengan menyibukkan diri di dapur. Ia tidak tahu, tepat saat ia menuangkan air ke baskom beras di hadapannya. Saat itu kemalangan menjumpai suaminya. Pak Darto menjadi korban tabrak lari.

#30dwcjilid26
#squad5
#IWQ_1
#DAY5

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar