Sabtu, 17 Oktober 2020

Jarak kita

Kau bilang sangat menyukai laut. Kau memang tidak mengatakannya langsung kepadaku sebagaimana juga hal-hal lainnya. Namun, dari balik dinding kamar aku pernah mendengar kau bicara tentang itu; tentang keinginanmu berdiri di depan laut dan kau menyaksikan ikan-ikan berlompatan. *Tentang Kita dan Laut* Cerpen Yetti A. KA (Kompas, 18 Agustus 2019).


Sementara aku, dari dulu selalu jatuh cinta pada pegunungan. Menikmati segarnya udara di antara dedaunan hijau. Serta menikmati dinginnya air sungai yang mengalir di antara bebatuan. Sepertinya, kita memang ditakdirkan untuk bertolak belakang. Dalam segala hal. Meski kita terlahir dari rahim yang sama.

Lucu ya, kita tinggal bersama, namun begitu asing. Aku yakin teman-temanmu, lebih mengenalmu. Karena itu aku sering mencuri dengar pembicaraan kalian. Sambil menyembunyikan diriku dari tatapan-tatapan yang  sering kali tak menyenangkan.

Kau mungkin tahu, aku sering sembunyi-sembunyi memasuki kamarmu. Melihat segala hal yang penuh dengan keteraturan. Jauh berbeda dengan kamarku yang kacau balau. Aku pun teratih membuka lemari yang kau kunci rapat-rapat sebelum kau pergi sekolah. Membaca diam-diam buku harian yang kau sembunyikan dengan jeli.

Sungguh, aku selalu mengharapkan kita bisa sehangat Elsa dan Anna. Namun, semakin lama aku sadar itu terlalu musykil. Cukuplah kita menjadi seperti kita apa adanya sekarang ini. Dua orang sedarah yang  begitu berjarak.

Biar kulanjutkan perjalananku menuju pegunungan sunyi. Lalu menyusuri hutan  yang jarang dilintasi kecuali oleh para pendaki. Agar aku bisa puas menyendiri, bersembunyi. 

Dan kau, silakan menuju pantai yang menawan. Lalu berdiri di depan laut menyaksikan ikan-ikan berlompatan. Dikelilingi orang-orang yang memandangimu dengan penuh kekaguman.


#30dwcjilid26

#DAY2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar