Senin, 19 Oktober 2020

Jujurlah


Kadang, aku takut untuk menulis. Yang aku takutkan adalah, terselip kesombongan dalam tulisan yang kubuat. Akupun khawatir, jika dengki ternyata ikut mengotori.

Menulis, mampu menggerakkan hati. Karena itulah aku amat berhati-hati. Jika saja tulisanku bisa menggerakan pada kebaikan, tentu itu yang paling aku inginkan. Tapi bila kebaliknya, tentu aku turut bertanggungjawab bukan?

Pada awalnya, semua kehawatiran itu membuatku berhenti sama sekali. Karena pernah suatu waktu, tulisanku menjadi boomerang yang memantul ke wajahku sendiri.

Pernah pula, kata-kata yang aku susun malah membuat orang berang dan berujung tuduhan yang tidak berdasar padaku. Sungguh, kata-kata bisa menjadi pisau bermata dua. Maka aku dituntut untuk lebih bijak dan dewasa. Yang mana, berat sekali untuk diemban.

Karena jujur, selama ini aku menuliskan racauan dari isi kepalaku yang semrawut tidak karuan. Disampaikan dengan tergesa-gesa. Pada waktu dan tempat yang kadang tak tepat. Tidak semua bisa memahami apa yang ingin kusampaikan. Tapi, itu bukan salah mereka. Salahkulah yang tidak pandai mengolah kata.

Kemudian, aku jadikan ketakutan itu sebagai kekuatan yang mendorongku menggali lebih dalam lagi. Tak sekedar berkata-kata namun mencari sebanyak mungkin makna. Bukan sekedar menyajikan tulisan, namun inginnya menyuguhkan pemahaman.

Dan, perjalanan menuju ke sana sungguh memerlukan banyak sekali bekal. Tanpa ilmu dan pengetahuan, langkahku bisa terjegal.

Menulis dengan kejujuran, bukan sekedar menorehkan semua hal yang kita rasa dan fikirkan. Namun memilah dan memilih hingga bersih, mana yang paling dibutuhkan jiwa yang paling murni.

#30dwcjilid26
#squad5
#IWQ_1
#DAY4

1 komentar:

  1. Kekhawatiran akan membuat kita tetap di titik itu, dan tidak ingin bergerak lebih jauh.....salam squad 5 :)

    BalasHapus